Pengalaman Dosen Muda Memiliki Mahasiswa Istimewah: Kenangan Selasa Waktu Itu, Arfi


Senin sehari sebelum Selasa. Di ruang dosen, saya senang sekali dia mengirimkan message via Line untuk bertemu membicarakan progres riset yang sedang menarik hati kami berdua. Line darinya selalu saya nanti, terus terang! Rencananya, kami akan mempersiapkan daftar pertanyaan untuk wawancara mendalam dengan pihak perusahaan mengenai pengukuran kinerja suatu rantai pasok (Supply Chain Management) pada objek penelitian yang telah dipilih.Saya akui, bahwa topik ini masih sangat jarang di Prodi kami, sehingga dia begitu bersemangat melakukan penelitiannya. Apalah yang bisa dilakukan oleh seorang dosen pembimbing seperti saya, selain mendukung dan memotivasi tekadnya tersebut! Masih jelas sekali wajahnya begitu ekspresif, berbinar-binar, penuh energi dan memancarkan aura seorang penuntut ilmu sejati ketika mengajukan topik itu ke hadapan saya! Saya bahkan sempat menyeletuk, “kok kamu mendadak makin ganteng yah, Fi?” Dia tersipu mendengar gombalan saya, lalu menjawab, “Ah, Ibu. Apa hubungannya?! Hehehe…” “Eh, jangan salah loh. Ketika seseorang melakukan apa yang menjadi passion-nya, maka dia akan terlihat menjadi lebih ganteng atau lebih cakep!” “Nah, iyaa Bu! Ane memang suka sekali supply chain. Mungkin ini passion ane ya, Bu! Bismillah, Bu.” Begitulah cara dia menyebutkan dirinya, “Ane” dan saya sudah terbiasa mendengar istilahnya. Khas memang mahasiswa satu ini! Lalu kami berdua hanya tertawa lepas sebagai wujud bersatunya pikiran dan “frekuensi” antara mahasiswa dan dosen. Ceile…..

Hari Selasa pagi di perpustakaan jam 8.30 WIB. Ngaret tigapuluh menit dari janji awal karena diluar prediksi saya terjebak macet di perjalanan. Ketika memasuki perpustakaan nan megah kampus kami, sontak mata saya menangkap sosoknya sedang sibuk menatap layar komputer. Dia berkemeja coklet muda Selasa itu. Manis sekali! Sambil menyimpan tas di loker, saya pun melambai ke arahnya. Dia menundukkan kepala, hormat, dan tersenyum. Segera saya menghampirinya lalu menyapa ringan, “Hai, Fi. Bagaimana kabar kamu?” Dia menjabat tangan saya dan menjawab singkat, “Alhamdulillah, Bu. Ane baik.” “sudah sembuh?” Tanya saya lagi. Beberapa hari sebelumnya memang dia sempat mengatakan sedang sakit, bahkan saya sangat cemas dengan kondisinya. Tapi dia selalu menunjukkan wajah penuh semangat sehingga tak ada sakit terlihat sedikit pun! Itu memang keahliannya! Dan Selasa itu, saya (ternyata) tertipu sedalam-dalamnya.

Kami pun memulai diskusi. Saya menangih daftar pertanyaan yang telah dia susun. Merasa kurang maksimal, dia menyodorkan buku Notes coklet dengan ragu-ragu. Karena mengerti kebingungannya, saya segera memberikan arahan seperti seorang dosen pembimbing pada umumnya. “begitu, Fi. Kebayang nggak?” Tanya saya. “oh, iya iya Bu. Saya sudah ada gambaran sekarang.” Jawabnya dengan senyum yang mengembang di bibir. Saya pun sumringah. Selain diskusi, Selasa itu saya juga membantunya menyusun step-step apa saja yang selanjutnya harus dilakukan, seperti melakukan revisi, menemui pimpinan perusahaan tempat riset diselenggarakan, bahkan menganalisis data penelitian.

Diakhir diskusi, saya sering menyuntikkan sedikit motivasi untuknya, salah satunya bahwa saya menceritakan pengalaman yang baru saja bertemu dengan seorang Guru Besar Prof. Augusty Ferdinand ketika mengikuti pelatihan di Universitas Diponegoro minggu sebelumnya. “wah, keren! Jadi ingin ke Universitas besar juga, Bu! Ketemu orang-orang hebat bidang akademik yah, Bu!” katanya. “Oneday, Fi. Saya yakin dengan potensimu!” saya membalas.

Menjelang pukul 12 siang, akhirnya diskusi kami berakhir. “Mangga dilanjutkan yah. Nanti kalau ada kesulitan, komunikasikan saja ke saya. Ok?”

“Fi, kata Henry Ford bahwa rintangan hanyalah berbagai hal menakutkan yang terlihat sewaktu kamu mengalihkan padangan dari tujuanmu…hehehe….Saya baru baca, Fi”

Dia cekikikan hingga badannya terguncang. Dia menahan tawa, takut mengganggu penghuni perpustakaan yang lainnya. Padahal saya paling suka melihatnya tertawa!

Seperti sudah menjadi kebiasaan diantara kami, sebelum berpisah dia menjabat tangan saya. Namun sayangnya, Selasa itu saya tak merasakan goncangan jabat tangan yang bertenaga penuh. Kali ini terasa sedikit lembut. Tanpa ada perintah, kontan saja berkata: “yang semangat ya, Fi. Jaga kondisi badan dan isitirahat. Insha Allah proses ini akan membuahkan hasil yang manis. Jadi kita harus bisa menikmatinya bersama-sama.” Dia tersenyum untuk kesekian kalinya. “amin, Bu.” Jawabnya singkat.

Saya pun meninggalkannya. Sebelum saya keluar perpustakaan, saya melambai lagi ke arahnya. Dia seperti menunggu saya berbalik. Kemudian saya mengepalkan tangan dan berbisik, “semangat!” Seolah bisa membaca gerakan bibir saya, dia ikut mengepalkan tangan. Lalu kami saling tersenyum satu sama lain. Saya keluar ruangan. Membiarkannya sendiri, tanpa saya sadari bahwa Selasa itu menjadi pertemuan terakhir kami. Deg!

A.R.F.I. Sosoknya mungil. Tapi mohon jangan tanya soal semangat, motivasi dan cita-citanya! BESAR! Pertama saya bertemu dengannya adalah di kelas Manajemen Rantai Pasok tahun lalu. Dimana dia selalu duduk? DI BARISAN PALING DEPAN! Apa dia pernah demotivasi dalam belajar? TIDAK PERNAH! Apa dia pernah patah semangat ketika menemukan kesulitas dalam memahami sesuatu? TIDAK PERNAH! Suatu hari saya sempat ditodong oleh Arfi karena merasa kurang paham dengan materi yang saya sampaikan di kelas. Secara pribadi, dia minta dijelaskan ulang. Itu saja? TENTU SAJA TIDAK! Dia bahkan membawa sebuah contoh kasus dan meminta pendapat saya atas uraian yang telah dia analisis. Saya sempat “mati gaya” karena tak menyangka dia sedemikian prepare atas pertanyaannya.

Arfi…..

(kursor berkedip-kedip. Muncul dan tenggelam)

===

13179340_10206144155184649_4263828861558665207_n

Tak kuasa saya lanjutkan tulisan ini, karena mendengar berita duka tentangmu pada Sabtu pagi kemarin terlalu menyesakkan dada saya. Seperti ada yang hancur secara tiba-tiba. Pada kenyataannya, kamu telah menghadap Allah swt, Sang Khalik nan Maha Besar. “Arfi, ane merindukan ente!”

Sincerely,

A Lecturer who become your big fans!


Leave a Reply