Deskripsi Tentang si Bungsu: Identifikasi dari Aromanya


Siang itu panasnya bukan main! Rasanya ingin berendam santai di kolam sambil minum jus jeruk. Ah, pasti segar sekali. Namun sayangnya itu hanya impian di siang bolong yang tak mungkin terwujud, wong sekarang saya sedang di dalam angkot berdesakan dengan penumpang lain. Panas, sempit dan pengap karena bau badan anak sekolah tersebar rata memenuhi semua bagian mobil angkot jurusan Sadang Sedang. Apa mau dikata, saya hanya bisa bersabar sambil sesekali curi-curi kesempatan memanjangkan leher demi merasakan angin segar dari jendela. Maklum, saya duduk paling belakang dan paling ujung. Satu-satunya hiburan saya hanyalah pemandangan para pengendara lain di bagian belakang angkot yang  saling berebut ruang jalanan antara roda empat dan roda dua tanpa kenal lawan maupun kawan, seperti ikan di dalam kolam yang saling berebut bulir-bulir makanan. Nggak mau kalah! Hahaha…..

Mobil angkot berhenti di depan gerbang sebuah sekolah negeri. Tanpa perintah, anak-anak sekolah yang sudah menunggu di pinggir trotoar langsung masuk ke dalam angkot dan segera mencari tempat duduk kosong. Saya semakin terjepit, terpojok dan tersiksa di bagian paling belakang. Aduh! Karena tidak punya pilihan, ya saya diam saja. Di dalam angkot, ada anak perempuan dan anak laki-laki. Yang perempuan ada yang berjilbab dan ada juga yang sengaja membiarkan rambutnya terurai sehingga dimainkan oleh angin. Ada yang membawa minuman dan makanan, walau hanya sekedar jajanan kaki lima seperti bakso ikan, seblak, dan cireng. Mereka mengunyah dengan lahap, mengadukan gigi-giginya demi melumat bakso ataupun es batu. Mobil angkot tersebut semakin bising karena ocehan anak-anak sekolah yang bercerita ini itu. Mereka tertawa lepas. Jelas sekali terpancar bahagia di raut wajah mereka karena sesungguhnya bahagia itu sederhana: pulang sekolah! Hahaha…

Tak lama, satu per satu penumpang turun bergiliran. Baru saya sadari bahwa tersisa dua penumpang di dalam angkot. Saya dan seorang anak laki-laki yang bergeser duduk ke pojok. Dengan seragam sekolah putih birunya, dia mengatur posisinya agar nyaman seolah-olah sudah tahu bahwa tempatnya memang di bagian pojok, seperti saya. Saya menangkap sama-samar sosoknya dari ekor mata saya. Kira-kira usianya belasan tahun. Rambutnya hitam dan ikal. Ketika wajahnya menyamping, tekstur jidatnya yang jenong sangat nampak. Matanya agak sipit. Hidungnya pun agak mancung! Ada tahi lalat di atas bibirnya yang tipis. Manis sih! Selain itu, jelas dia anak yang rapi karena mengkaitkan kancing seragamnya paling atas. Mungkin biar nggak masuk angin! Hehehe…Dari skala 1 sampai 10, ganteng meter-nya kira-kira delapan koma lima. Bolehlah! Hanya 1 kekurangannya, aroma badanya kurang sedap. Tetesan keringatnya mengucur deras tak terbendung yang keluar dari pori-pori kulitnya. Rupanya, angin dari balik jendela tak cukup membantu memberi kesejukan. Rasanya ingin mengatakan, “ini tisu dek!”

Karena merasa ditatap terus menerus, akhirnya dia menoleh. Saya kaget bukan kepalang, rupanya anak laki-laki itu adalah adik saya sendiri. Si Bungsu Agam namanya! Masya Allah. Pantesan dari tadi aromanya kayak kenal! Gubrak!

13939438_10206718879032386_1440399928044968838_n

Sincerely,

Your elderst sister


Leave a Reply