Pelarian (hanya) Sejenak


“Allah begitu murah hati. Kita sering puasan senin kamis tiap minggu tapi kadang kita lupa surga kita yang begitu dekat, mudah kita dapatkan dan kita lupakan. Surga itu ada di rumah kita. Surga yang paling mudah dan paling cepat kita dapatkan adalah orang tua kita.” (Ustad Ahmad Alhabsyi, Ada Surga di Rumahmu)

IMG_20160824_182646

Namanya Mie KTP, kepanjangan dari Kuah Tomyam Peudeus. Enak? Enak banget! Kuah Tomyamnya betul-betul terasa. Meskipun bukan dari resep asli Tomyam, ya! Hehehe….Warna merah kuahnya menggoda dengan aroma yang menggairahkan indera perasa. Selain mie, semangkok didalamnya terdapat beberapa bola-bola udang nan empuk. Pas digigit, ceessss…..meleleh manja di mulut! Dilengkapi dengan 2 lembar daun jeruk, jadilah menu murah meriah ini semakin enak. Bagi pecinta mie berkuah, menu  ini lumayan mengenyangkan. Slurruupp!

Minumannya diberi nama Es Ngemil Pisang Susu. Seger? Seger banget! Campuran dari sirup, yougurt dan agar-agar. Nggak ada tuh buah pisangnya hahaha…Bagi pecinta buah pisang, saya seperti tertipu karena tidak sesuai ekspektasi. Tapi jangan meragukan racikan minuman ini. Juara! Porsinya pas sehingga menimbulkan ‘ketagihan’ jangka panjang. Lebay!

Kedua menu tersebut dapat dicicipi jika berkunjung ke Fooflife Griya Pahlawan, Bandung. Datang ajah sendiri yah. J

Ini sudah pukul 18.30 WIB. Suasana di food court sedang ramai. Tetapi mengapa perasaan saya marah, sepi, sedih, galau dan kecewa padahal Bandung ramai. Bukan Jakarta ramai hehehe…#fokus

Ini perasingan saya. Sejenak. Mencoba merelaksasikan hati dan pikiran sambil menikmati Mie KTP dan Es Ngemil Pisang Susu tersebut sendirian. Merenungi apa yang saya alami sepanjang hari di kampus, di jalanan dan di rumah nanti. Saya berharap setelah mengasingkan diri, pertanyaan yang mengganjal hari ini bisa terjawab: “apa yang musti dilakukan seorang anak jika kedua orang tuanya sedang kurang harmonis di rumah?”

Saya bukannya melarikan diri. Ataupun menghindar dari bertemu dengan kedua orang tua. Hanya saja, melakukan perasingan sejenak ini – di sela-sela pulang kerja – demi memantabkan hati bagaimana seharusnya bersikap ketika hubungan antara Ibu dan Ayah sedang kurang harmonis. Jauh di lubuk hati, saya takut salah bersikap. Ujung-ujungnya menyinggung perasaan Ibu atau Ayah. Namun saya masih penasaran, sikap yang seperti apa yang sebaiknya saya tunjukkan agar tidak memihak kepada keduanya karena bagi saya, terkadang kedua orang tua memiliki kesalahan yang tidak mau diakui di depan semua anggota keluarga. Loh, wajar kan? Kedua orang tua saya manusia juga jadi bukan tidak mungkin berbuat kesalahan. Kesalahan terhadap kami anak-anaknya, ataupun kepada pasangannya.

Terus terang, sebagai seorang anak sulung yang telah dewasa, saya ingin sekali melakukan suatu tindakan adil bagi keduanya. Saya ingin mengatakan, “Mah, mama juga salah karena bla…bla…bla.” Ataupun saya mengatakan kepada Ayah, “Ayah, sebenarnya Ayah kurang tepat juga karena bla…bla…bla.”

Tapi apa saya mampu? Tidak!

Menatap kepada kedua orang tua mulia itu dengan tujuan mengatakan kesalahan mereka tidak mungkin saya lakukan. Tidak bisa! Bukan apanya, kedua nya adalah manusia paling diagungkan dalam sejarah. Perlakuan kepada keduanya akan diperhitungkan hingga akhirat. Saya kembali teringat dengan semua kebaikan dan pengorbanan mereka dimasa kecil hingga sebesar ini. Jika air di sungai sebagai tinta untuk menuliskan daftar kebaikan dan pengorbanan mereka, saya yakin tidak akan cukup. Tak terhitung jumlahnya!

Orang tua, bagaimana pun menjadi kunci utama seorang anak untuk masuk surge atau neraka. Di dalam Islam, berbakti kepada orang tua adalah pintu tengah, yang terbaik dari semua jalur masuk surga. Menyia-nyiakan mereka, berarti membuang peluang untuk memperoleh surga Allah. Menghormati mereka hingga perasaan mereka senantiasa senang, berarti membuka lebar kesempatan mencicipi surga Illahi. Mau? Mau banget!

saya menatap layar hp dan mendapati foto keduanya tengah berpelukan mesra. Sengaja saya pasang sebagai background. Jika menatap gambarnya saja telah menenangkan hati, jadi untuk apa saya mencari ketenangan di tempat lain? Akhir saya bergegas menghabiskan menu dan pulang ke rumah.

Kita harus selalu mengutamakan kepentingan dan permohonan orang tua. Yaitu permohonan yang bisa membuat engkau lebih dekat dengan Allah. Ridhonya Allah ada pada ridho orang tua. Jika engkau sudah mendapatkan kata ridho yang keluar dari lisannya, maka seolah-olah langit itu akan terbuka, arsy akan berguncang bagai meng-amini do’amu. Dan Allah akan meridhoi semua keinginanmu.

Kini saya tahu bagaimana bersikap ketika kedua orang tua sedang kurang harmonis? Ya, dengan mengubah hubungan tersebut menjadi harmonis. Tidak menyinggung permasalahan dihadapan keduanya. Jikapun mereka ingin menyelesaikan masalah, sebagai anak saya harus berada dipihak yang netral dengan mengajak mereka mendiskusikan solusi-solusi bukan mengorek siapa yang salah. Jangan lupa menyediakan makanan sebagai ‘perantara’ untuk menetralisis suasana karena kedua orang saya sangat hobi ngemil. Selain itu, saya pun harus mencari bahan obrolan lain untuk mengalihkan ketegangan misalnya joke, pengalaman lucu dengan mahasiswa ataupun referensi bacaan dari sumber lain. Dengan tertawa sejenak, akhirnya suasana semakin cair. Dengan begitu, masalah menjadi semakin mudah terselesaikan karena perasaan dan otak kedua orang tua lebih koperatif diajak berpikir. Mendadak mereka kembali bijaksana dan menyadari kesalahan masing-masing. Sebagai seorang anak, melihat kedua orang tua bahagia adalah surga dunia terindah yang tiada tandingannya, ya kan?

Demikianlah sedikit sharing dari saya. Smoga kedua orang tua selalu dilimpahkan keberkahan, kesehatan dan kebahagiaan oleh Allah swt. Amin.

IMG_20160628_101222

Orang tua selalu siap berjuang untuk membahagiakan 10 orang anaknya. Namun 10 orang anak belum tentu bisa berjuang membahagiakan orang tuanya.

Sincerely,

A daughter who love her parents


Leave a Reply