Tanjung Periok Berdarah


(mengapa peristiwa di Tanjung Periok harus mencekam ?)

Hari ini ibu Pertiwi menangis
melihat anak-anaknya bermain kasar di halaman belakang
tanah Tanjung Periok
Sang kakak yang masih mengenakan seragam hijau
mengambil tameng dan topi pelindung untuk kepalanya
Sang adik yang merasa terusik atas niat kakaknya
dengan gagah menggemgam cluit, tongkat besi dan senjata tajam….

Sedih hati Sang ibunda,
manakala tak mampu membendung perkelahian sesama saudara itu,
teman-teman yang lain ikut membantu
di pihak kakak
ataupun d pihak adik
bahu-membahu memukul, menghantam, merusak dan menjarah….

Air mata Sang Bunda tak mampu lagi berhenti mengalir
manakala melihat anak-anaknya sudah melupakan status
pertalian saudara mereka
Tameng sang kakak tak mampu membendung amukan sang adik
hingga terbelah dua,
tongkat besi mendarat mulus di kepala sang kakak
dan berteriaklah ibunda nyaring
anaknya yang berseragam telah tak bernafas lagi….

Tanah halaman Tanjung Periok
berubah warna,
bukan warna cokelat lagi,
tidak elok dipandang lagi dengan jaminan tak akan tumbuh lagi
bunga perdamaian di sana
Atmosfirnya pun tak lagi segar
sakit paru-paru jika menghisapnya
ohh, halaman yang indah,
haruskah engkau berubah menjadi arena bacok-membacok ??

Benda-benda mati menjadi saksi
betapa kekerasan akan berbuah kematian merah
massa tak perlu bertindak seperti binatang
yang tak berakal
Tuhan memeberikan akal bukan untuk memukul,
bahkan membunuh saudara sendiri
yang jelas-jelas lahir dari rahim ibunda yang sama…

 

Sincerely,

Author


Leave a Reply