Transformasi Internal 26 Tahun


Mengapa menyesuaikan diri jika kamu dilahirkan untuk mencolok.” (Dr. Seuss)

Happy birthday for my twenty something age this morning! LOL😛

0a1ea59e68307722d587b28293f23d36

Saya bahagia sekali masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk bisa menyambut matahari Senin awal bulan Agustus tahun ini. Seperti hari-hari sebelumnya, aktivitas saya mulai dari pagi hingga malam masih berkorelasi dengan dunia akademik: kampus, perkuliahan, mahasiswa, riset dan buku-buku bacaan lintas bidang. Ya, terdengar biasa memang, tapi bagi saya inilah aktivitas yang memberi kebahagiaan, membawa kedamaian dan menghadirkan ketenangan pikiran pada jarak sangat dekat! Mengapa? Karena kesibukan ini menunjukkan bahwa saya punya pekerjaan! Punya optimism dan passion! Inilah profesi yang saya idam-idamkan sejak dahulu tanpa terlintas ingin menggantinya dengan jenis pekerjaan lain untuk saat ini hingga berpuluh-puluh tahun kedepannya. Saya bersyukur setiap waktu dan terus menikmatinya. Kalau kata Mas Adjie Silarus (baca Sejenak Hening, 2014) kedamaian, kebahagiaan dan ketenangan pikiran selalu tersedia di manapun kita berada dan kapan pun. Always be ready stock inside of us! Saya tak mau berpikir bahwa kedamaian, kebahagiaan dan ketenangan pikiran membutuhkan waktu yang lama karena terjadi di masa mendatang. Akan lebih penting “menjadi bahagia” saat ini dibandingkan “ingin menjadi bahagia” nanti, iya kan? #mendadak bijak karena baca bukumu, Mas! Heheh…

Pada usia sekarang, saya mengakui masih memiliki banyak sekali kekurangan baik dari segi ilmu, pengetahuan dan keterampilan teknis. Saya menyadari bahwa saya belum sama sekali menjadi ahli, master, suhu, guru, jagoan ataupun seseorang yang tahu segala hal. Hanya terus belajar menjadi kunci untuk mengatasi kekurangan tersebut. Jadi tak salah jika belajar merupakan semangat saya yang paling bergelora dan tak ada kata bosan melakukannya seperti kebiasaan makan, minum, tidur, mandi dan menonton tipi yang dilakukan berulang-ulang dari waktu ke waktu. Dengan kebiasaan belajar ini, saya berharap akan mencapai keunggulan lalu diakui orang lain. Asik!

kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Maka keunggulan bukanlah suatu perbuatan, melainkan hasil dari kebiasaan.” (Aristoteles, Filsuf Yunani).

Saya bersyukur telah berada pada lingkungan akademik (yang benar) dimana saya bekerja karena pilihan, bukan peluang. Sejak 2014 saya sadar telah bekerja berdasarkan panggilan hati. Saya melakukan apa yang saya sukai sehingga bukan disebut bekerja. Inilah yang ingin saya petik dari ungkapan Paolo Coelho dalam The Alchemist, “di mana hatimu berada, di sanalah hartamu terletak.” Di profesi ini, saya belajar, mengetahui, lalu membagi apa yang telah saya pahami kepada orang lain, terutama mahasiswa. Kami berdiskusi dan memperkaya khazanah keilmuan masing-masing tanpa berpikir untung rugi materi dan non-materi. Di usia sekarang, saya semakin menyadari bahwa ketika saya fokus pada hasrat dalam hati saya sendiri dan fokus pada apa yang ingin diberikan saja, tanpa terlalu berorientasi ke luar, maka tak perlu takut pada persaingan. Ujung-ujungnya (semoga) dengan cara ini saya dapat memperoleh kedamaian dan kualitas hidup sebagai seorang individu dan dosen.

Pada usia sekarang, semoga saya semakin produktif menulis dan melakukan riset di sejumlah jurnal dalam dan luar negeri. Saya pun berusaha untuk bisa hadir pada berbagai konferensi nasional dan internasional demi diseminasi temuan penelitian meski sederhana namun berdampak pada nilai diri saya sendiri. Besar harapan saya, kelak saya bisa mengunjungi beberapa tempat spektakuler untuk membuktikan bahwa ciptaan Allah, termasuk ilmu pengetahuan yang berharga, tak terbatas semata di daratan Indonesia. Insha Allah.

Melalui tulisan ini saya ingin berterimakasih kepada kedua orang tua tercinta, Mama dan Ayah, yang selalu sabar menghadapi kekurangan saya. Meski penuh kekurangan, beliau berdua masih yakin bahwa suatu hari nanti anaknya ini pasti menjadi seorang sukses dengan jalannya sendiri. Beliau paling setia mendoakan, memberi nasihat dan mengingatkan larangan ini itu demi kebaikan saya. Selain itu, saya juga bersyukur masih berada di dekat sosok-sosok konyol yang terkadang membuat jengkel, adik-adik polos: Dila, Dinda dan Agam. Mereka paling tahu kapan mengintimidasi saya, kapan mengangkat saya ke langit melalui pujian manis, lalu dihentakkan lagi ke bumi. Hahaha….Tapi saya akui, bersama mereka suasana rumah selalu seru. Tetaplah begitu ya, gengs!

Terimakasih untuk semua mahasiswa-mahasiswi saya yang selalu menyapa, tersenyum, berdiskusi, narsis bareng dan belajar bersama di dalam maupun diluar ruang kelas. Terutama untuk Putri Muthia dengan segala pengalaman yang kita rasakan besama, Sabirin, alm. Arfi, Raihan, Adhitama, Zidnie Ilma, Farah Atsila, Agatha Christiany, Syaifie, Bayu Rachmadi, Ronny, Titin Rini Kartini, Ilham Ramadan, Nadiah Suci, Nadya Paramita, Kevindra Davi, Hariri Shafa, mahasiswa dalam HIMA Adbis. Kalian memberi warna kehidupan saya yang belum tentu dirasakan orang lain hehehe…..Entah apa jadinya jika dosen tanpa mahasiswa, mungkin lebih buruk dari sayur tanpa garam. Hambar!

Aku mungkin tidak berada di tempat yang aku rencanakan, tetapi aku berada di tempat yang aku butuhkan.” (Douglas Adams).

Seperti sebuah tradisi, ini hanyalah tulisan ulang tahun saya untuk kesekian kalinya. Sekedar merefleksikan diri atas apa makna pada angka-angka yang setiap tahun terus bertambah. Semoga memberi petunjuk bagi saya dan orang-orang di sekitar karena tulisan akan mengabadikan nama sebagai artefak nyata yang membuktikan bahwa saya ada.

Happy birthday for my twenty something age! Enjoy before thirty hahahah….

@Telkom University

,

Leave a Reply